Materialitas, Risiko dan Strategi Audit Pendahuluan

  

 “MATERIALITAS, RISIKO & STRATEGI AUDIT PENDAHULUAN”

 

MATERIALITAS

Materialitas merupakan dasar penerapan auditing dalam standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Materialitas mempengaruhi semua aspek audit. Materialitas adalah besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang dari keadan-keadaan yang melingkupinya.


MATERIALITAS TINGKAT LAPORAN KEUANGAN

Materialitas LK è salah saji agregat minimum dalam suatu LK yang cukup penting untuk mencegah laporan disajikan secara wajar sesuai dengan PABU.

Salah saji dapat disebabkan karena:

1.      Salah penerapan PABU

2.      Penyimpangan dari kenyataan sesungguhnya

3.      Penyembunyian informasi yang mestinya perlu diungkapkan.


BEBERAPA TINGKAT MATERIALITAS YANG BERKAITAN DENGAN LAPORAN KEUANGAN:

1.      Laporan laba rugi èmaterialitas yang berhubungan dengan total pendapatan laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.

2.      Neraca è materialitas yang didasarkan atas total aset, total aset lancar, modal kerja, serta ekuitas pemegang saham.


MATERIALITAS TINGKAT SALDO AKUN

Materialitas saldo akun è salah saji maksimum yang boleh ada dalam saldo akun sehingga belum atau tidak dipertimbangkan sebagai salah saji material.

Salah saji pada saldo akun dibagi menjadi 2:

1.      Salah saji yang dikenal è salah saji dimana auditor dapat menentukan banyaknya salah saji pada akun.

2.      Kemungkinan salah saji è salah saji yang muncul dari perbedaan penilaian antara manajemen dan auditor dan proyeksi salah saji berdasarkan uji sampel pada populasi yang dilakukan oleh auditor.


PERTIMBANGAN MATERIALITAS OLEH AUDITOR

Faktor yang mempengaruhi pertimbangan materialitas:

1.      Faktor individu auditor è  misal pengalaman auditor yang bersangkutan

2.      Faktor eksternal perusahaan è informasi non keuangan yang bersifat konstekstual (jenis industri perusahaan)

3.      Tingkat pengaruh suatu akun

4.      Faktor kondisi KAP


RISIKO AUDIT

Risiko audit yaitu risiko bahwa auditor secara tidak sadar gagal untuk menyesuaikan pendapatnya atas laporan keuangan yang salah saji secara material. Auditor menyadari bahwa risiko tersebut ada karena adanya hal-hal sebagai berikut, misalnya ketidakpastian mengenai kompetensi bukti, efektivitas struktur pengendalian intern klien, serta ketidakpastian apakah laporan keuangan memang telah disajikan secara wajar setelah audit selesai.

Standar auditing seksi 312  “Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit” mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan risiko audit dalam:

1.      Perencanaan audit dan perancangan program audit

2.      Pengevaluasian akhir apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar sesuai dengan PABU


TIPE-TIPE RISIKO AUDIT

1.      Risiko tipe I è adanya risiko bahwa suatu saldo akun mengandung kesalahan yang jika digabungkan dengan kesalahan-kesalahan pada saldo akun yang lain dapat mengakibatkan LK salah saji secara material (risiko bawaan dan risiko pengendalian).

2.      Risiko tipe II è adanya risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi adanya kesalahan seperti dalam risiko tipe I di atas (risiko deteksi).


KOMPONEN RISIKO AUDIT

1.      Inherent Risk (IR) / Risiko Bawaan adalah risiko yang mungkin timbul akibat karakter bawaan dari suatu transaksi, misalnya karena:

·         kompleksitas transaksi dan klas transaksi

·         kompleksitas perhitungan

·         aset yg mudah tercuri/digelapkan

·         ketiadaan informasi yang sifatnya obyektif

Inherent risk ini diluar jangkauan auditor dalam melakukan pencegahan. Karena auditor hanya bisa menemukan tetapi tidak bisa melakukan apa-apa.

2.      Control Risk (CR) / Risiko Pengendalian adalah risiko yang bisa timbul akibat kelemahan sistim pengendalian intern (SPI), risiko pengendalian tidak bisa dikendalikan oleh auditor akan tetapi bisa dikendalikan oleh pihak klien/perusahaan.

3.      Detection Risk (DR) / Risiko Deteksi adalah risiko yang bisa timbul akibat kegagalan auditor dalam menedeteksi adanya salahsaji bersifat material dan/atau penggelapan (fraud). DR ada dalam kendali auditor. Karena DR sepenuhnya ada pada kendali auditor, maka sudah pasti mereka harus berupaya untuk menekan risiko ini hingga ke tingkatakan yang paling minimal (tidak mungkin menghilangkan risiko ini sepenuhnya).


MATRIKS KOMPONEN RISIKO

            Matriks komponen risiko menunjukan konsisten dengan model risiko audit, yaitu bahwa tingkat risiko deteksi yang dapat diterima berhubungan secara terbalik dengan penilaian risiko bawaan, pengendalian, dan prosedur analitis. Matriks tersebut mengasumsikan bahwa risiko audit dibatasi pada suatu tingkat maksimum, risiko pengendalian pada tingkat sedang, dan risiko prosedur analitis pada tingkat sedang maka tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk pengujian terinci adalah rendah. Jika risiko bawaan dinilai pada tingkat yang tinggi, risiko pengendalian pada tingkat rendah, dan tingkat risiko prosedur analitis pada tingkat rendah, maka pengujian substantive yang lain mungkin tidak diperlukan.


STRATEGI AUDIT

Strategi audit adalah aktivitas yang pertama kali dilakukan dari seluruh rangkaian kegiatan audit. Strategi audit dapat didefinisikan sebagai proses penyusunan arahan atau petunjuk audit dan penyelarasan antara pemahaman auditor atas kegiatan auditan dengan fokus audit yang akan dilakukan.

Auditor mengidentifikasi faktor-faktor penting bagi keberhasilan pelaksanaan audit, baik dalam menyusun program audit untuk merumuskan opini audit maupun dalam menyediakan jasa pelayanan profesional bermutu lainnya yang diharapkan auditan. Auditor bertanggung jawab dalam mengembangkan strategi audit dan mengkomunikasikannya kepada anggota tim audit lainnya.

Jenis – Jenis Strategi Audit

Strategi audit mungkin dikembangkan untuk asersi terkait saldo akun yang signifikan atau penggolongan transaksi.

1.      Primarily substantive approach pendekatan terutama Substantif. Auditor mengumpulkan hampir semua bukti audit, dan hampir atau sama sekali tidak mempercayai internal control. Pada dasarnya ada tiga alasan auditor menggunakan pendekatan ini :

-          Hanya ada sedikit (jika ada) kebijakan dan prosedur pengendalian internal yang relevan dengan perikatan audit atas laporan keuangan

-          Kebijakan dan prosedur pengendalian internal yang berkaitan dengan asersi untuk akun dan golongan transaksi signifikan tidak efektif

-          Peletakan kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien untuk asersi tertentu

2.      Lower control risk approach. Auditor meletakkan kepercayaan moderat atau tingkat kepercayaan penuh terhadap pengendalian internal, akibatnya audit hanya sedikit melaksanakan pengujian substantif.


KECURANGAN (FRAUD)

Dalam akuntansi, dikenal dua jenis kesalahan yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud). Perbedaan antara kedua jenis kesalahan ini hanya dibedakan karena ada atau tidaknya unsur kesengajaan. Fraud adalah tindakan curang, yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga menguntungkan diri sendiri / kelompok atau merugikan pihak lain.

Jenis fraud berdasarkan pelaku dikelompokkan menjadi:

·         Employee fraud (kecurangan pegawai), adalah kecurangan yang dilakukan oleh pegawai dalam suatu organisasi kerja.

·         Management fraud (kecurangan manajemen), adalah kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan menggunakan laporan keuangan atau transaksi keuangan sebagai sarana fraud, biasanya dilakukan untuk mencurangi pemegang kepentingan (stakeholders) yang terkait organisasinya.

Jenis fraud berdasarkan tindakan dikelompokkan menjadi:

·         Penyelewengan terhadap aset (misappropriation of assets), adalah penyalahgunaan aset perusahaan secara sengaja untuk kepentingan pribadi, biasanya sering dilakukan oleh pegawai (employee). Contohnya, penggelapan kas perusahaan, penggunaan fasilitas untuk kepentingan pribadi.

·         Kecurangan dalam laporan keuangan (fradulent finacial reporting), adalah salah saji atau pengabaian jumlah dan pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pengguna laporan, biasanya sering dilakukan oleh manajemen. Contohnya, overstating asset, understating liabilities.

 

 

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama